Jajan Buku Tahun 2019

Hampir di penghujung tahun 2019. Kulihat banyak bibliomania dan pembaca yang biasa-biasa saja mulai menghitung berapa banyak buku yang mereka lahap tahun ini. Kemudian dengan bangga mengunggah gambarnya di media sosial, beserta caption yang menyatakan tercapainya target mereka. Ada yang tercapai, tidak tercapai, dan tidak pernah memikirkan pencapaian karena memang tidak membuat target. Ada yang jelas-jelas sudah menuntaskan berpuluh-puluh buku, masih juga belum puas dengan pencapaian itu. Dengan rendah hati dan agak kecewa mengatakan kalau yang dibacanya masih tergolong sedikit. Lalu ada yang menanggapinya sinis atau penuh pujian. Menarik sekali. Sementara aku yang membacanya hanya bisa tersenyum tanpa ingin meninggalkan komentar ataupun sekadar thumbs up emoji. Menuliskan apa yang kugagas dan kurasakan di halaman blog ini menurutku jauh lebih memuaskan.

Banyak orang yang mengenalku sebagai penyuka buku dan hobi membaca buku. Aktivitas membaca, jajan buku, dan kadang menghadiri kajian buku, memang lekat dengan kehidupanku. Teman-teman juga biasa meminjam koleksi bukuku yang tak seberapa jumlahnya. Meskipun begitu, aku lebih nyaman menyebut diri sebagai pembaca buku yang biasa-biasa saja, bukan bibliomania atau tsundoku yang kalang kabut karena buku. Aku tidak mendewakan buku, tidak punya target berapa banyak buku yang harus kubaca dalam kurun waktu tertentu. Membaca adalah kebutuhanku memperoleh hiburan dan pengetahuan, juga pengisi waktu luang. Jadi sudah semestinya dilakukan dengan sepenuh hati dan perasaan senang. Selain itu, aku juga bukan sosok beruang yang suka menghamburkan uang untuk beli banyak buku. Jangankan menghamburkan, ya, anggaran untuk servis motor saja kadang amblas duluan. Duh!

Well, di tahun 2019 ini setidaknya aku sudah membeli dan membaca 20 buku. Anggap saja angka 20 itu sedikit karena buku bacaanku kali ini adalah bacaan yang ringan dan santai. Kebanyakan adalah novel dan kumpulan cerita yang bisa rampung dalam waktu tiga hari. Nah, aku ingin membagikan daftar dan sedikit informasi mengenai buku-buku itu. Mudah-mudahan bisa menjadi referensi ataupun rekomendasi daripada disangka baru buka lapak buku preloved. Hehehe…

1. Almond yang Mekar dan Hal-Hal Lainnya

Penulis          : Mahmud Darwis
Penerjemah : Hamzah Muhammad
Penerbit       : JBS
Tebal             : 133 hlm.
Jenis              : Kumpulan puisi

Aku membelinya di Kedai JBS saat ada Festival Sastra di sana. Buku ini berisi sepilihan puisi karya Mahmud Darwis, penyair berkebangsaan Palestina, sebelum ia meninggal dunia. Puisi-puisinya terdiri dari beragam rasa, mulai dari cinta, duka lara, dan perjuangan.

2. Si Lugu

Judul asli : L’Ingenu
Penulis     : Voltaire
Penerbit   : Yayasan Obor Indonesia
Tebal         : 118 hlm.
Jenis          : Dongeng

Buku ini aku beli bersamaan dengan Almond yang Mekar dan Hal-Hal Lainnya. Si Lugu yang berjudul asli L’Ingenu ini merupakan dongeng klasik yang menjadikan gereja sebagai latar ceritanya. Mengisahkan kehidupan Si Lugu, seorag pemuda yang mempunyai cara berpikir bersaja dan primitif. Ia sempat menjalin kisah cinta dengan Nona de Saint-Yves, yang akhirnya kandas. Keluguan tokoh dalam menyikapi kejadian yang dihadapinya akan membuat kita tercengang. Dan kita akan membayangkan bagaimana jika sosok lugu seperti itu ada di lingkungan kita.

3. Walden

Judul asli : Walden, or Life in the Woods
Penulis    : Henry David Thoreau
Penerbit  : Basa Basi
Tebal        : 420 hlm.
Jenis         : Memoar

Awalnya, aku terkesan dengan buku ini karena melihat unggahan Kak Bje di akun Instagram-nya. Ia memberikan sedikit review tentang buku ini, dan aku pun tertarik. Benar. Memoar ini penuh dengan pengajaran dan renungan filosofis yang dalam. Henry mengisahkan dirinya sendiri yang hidup jauh dari keramaian dan tugas-tugas kota, tepatnya di hutan pinggir danau Walden. Ia hidup sederhana di sana, bercocok tanam, memancing ikan, jarang sekali bertemu manusia, dan perbuatan lain yang jika ditaksir tidak membutuhkan biaya yang besar. Manusia seringkali tidak menyadari betapa kejam dan culasnya kehidupan yang mereka jalani. Manusia senantiasa serba terbatas dan terbelit utang sana-sini, dalam bahasa Latinnya disebut aes alienum, sebuah perangkap kuno yang menggambarkan manusia hidup untuk kepingan kuningan (uang) orang lain. Ia terbelit hutang dan berjanji untuk melunasi sampai pada akhirnya dalam keadaan mati pun masih menanggung utang. Padahal jika memilih kesederhanaan akan jauh lebih membuat seseorang tertata dan mudah hidupnya. Sebuah buku yang sangat bagus. Mengutip dari buku Walden halaman 411: “Seburuk apapun kehidupan kalian, penuhilah dan janganlah kalian serapahi. Hidup kalian tidak seburuk diri kalian. Hidup kalian terlihat paling miskin disaat kalian paling kaya. Orang yang suka mengeluh akan tetap mengeluh bahkan saat berada di surga. Cintailah hidup kalian, walaupun miskin…”

4. The Stranger

Penulis   : Albert Camus
Penerbit : Immortal Publishing
Tebal       : 184 hlm.
Jenis        : Novel fiksi

Novel ini mengisahkan tentang tokoh aku (Monsieur Mersault) yang berkepribadian biasa-biasa saja. Ia menjalani kehidupan sewajarnya, walaupun perangainya sedikit aneh dan sifatnya pendiam. Entah apa sebabnya, sifatnya itu dihubungkan dengan kematian ibunya yang tadinya tinggal di panti jompo. Sejak itu, ia tidak juga terlihat frustrasi berlebihan akibat prasangka buruk yang mengada-ada dari mata yang melihatnya, terutama cecaran para polisi. Hanya saja, lambat laun ia mengalami serangan psikis luar biasa yang membuatnya melakukan perbuatan diluar kendali. Perbuatan itu mendapat ganjaran hukum dan mengantarnya ke penghujung hidupnya.

5. Catatan Perjalanan tentang Satu Bahasa, Melihat Desa Lebih Dekat

Penulis   : Nurhady Sirimorok
Penerbit : EA Books
Tebal       : 162 hlm.
Jenis        : Essai

Nurhady Sirimorok adalah pemuda cetakan Orde Baru, sehingga buku yang berisi perjalanannya ke desa-desa ini juga diwarnai dengan kisah-kisah peninggalan Orde Baru. Ia juga menuangkan pemikirannya dalam buku ini, misalnya, bagaimana seharusnya kota melihat desa dan bagaimana seharusnya desa melihat dirinya sendiri. Gejala-gejala yang dialami muda-mudi desa sekarang juga dibeberkan, misalnya, tidak tahu pekerjaan rumah, tidak bisa memetik daun pisang dan mengemasnya menjadi gulungan, senang sekali mondar-mandir dengan sepeda motor membawa ketidakpastian. Penulis bersikap sebagai pihak netral, tidak berusaha berpihak pada masyarakat desa atau pemerintah. Walaupun begitu ia berusaha memberi solusi agar keduanya saling bersinergi. Buku ini menarik untuk dibaca kalian yang tertarik dengan permasalahan dan perkembangan desa.

6. Rumah Kertas

Judul asli : La Casa de Papel
Penulis     : Carlos María Domínguez
Penerbit   : Marjin Kiri
Tebal         : 76 hlm.
Jenis          : Novelet

Pasti sudah banyak yang membaca mahakarya super populer ini. Tokoh dalam cerita seperti tokoh aku, Bluma, Delgado, Brauer, adalah para penggila buku yang hidupnya disesaki dengan berrak-rak buku. Terutama tokoh Brauer yang memperlakukan bukunya dengan cara-cara yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Buku ini bisa dibilang membuat euphoria sesaat para bibliomania, tapi membuat mereka—kita pembacanya, untuk memburu pertanyaan kepada diri sendiri: Seberapa besar kegilaan kita terhadap buku ? Mampukah kita sebanding dengan mereka ?

7. 1984

Penulis   : George Orwell
Penerbit : Bentang
Tebal      : 400 hlm
Jenis       : Novel

Novel ini bergenre dystopia yang ditandai dengan penguasa yang otoriter yang dijuluki Big Brother. Gerakan rakyat dibatasi, salah satunya dengan bahasa Newspeak, bahasa yang dipersempit jumlah kosa katanya. Rakyat diawasi terus menerus oleh Polisi Pikiran, teleskrin, mikrofon tersembunyi, dan mata-mata yang ada dimana-mana, salah satunya hanya berwujud gambar dengan tulisan Big Brother is Watching You. Tokoh utama dalam novel ini bernama Winston, orang yang bekerja pada penguasa tapi karena ia mencoba melawan, ia pun dikenai siksaan. Banyak hal yang dimanipulasi oleh Partai penguasa, termasuk peperangan. Bagi rakyat yang membangkang dan mencoba memberontak akan disiksa dan dinonorangkan— dilenyapkan. Negara memiliki suatu permainan yang membingungkan, yang memaksa rakyat untuk hidup terkungkung dan tunduk di bawah aturannya. Sulit sekali untuk menggambarkan betapa novel ini mampu mencabik-cabik hati pembacanya. Meskipun menurutku ini adalah novel dystopia terbaik yang wajib untuk dibaca.

8. Bagaimana Si Miskin Mati

Penulis   : George Orwell
Penerbit : OAK
Tebal      : 266 hlm.
Jenis       : Essai

Lagi-lagi ini adalah buku George Orwell. Dalam essainya ini ia banyak bercerita tentang pendudukan Inggris di Burma (Myanmar), yang ia saksikan sendiri karena ia bekerja sebagai polisi imperial Inggris di sana. Sebenarnya ia tidak menyukai pekerjaannya itu. Imperialisme tak hanya menyiksa rakyat, tapi juga menyiksa dirinya. Ia juga menggambarkan bahwa apa yang dilakukan penguasa di masa lalu tidak menutup kemungkinan akan terjadi di masa depan. Begitu juga dengan keadaan kepemerintahannya. Aku membaca buku ini selepas menunaikan tugas menjadi KPPS pada pemilu eksekutif dan legislatif. Buku ini seolah menggambarkan (atau menyindir ?) calon penguasa yang memperebutkan kursi jabatan.

9. Seekor Anjing Ditabrak Honda Astrea Dini Hari Tadi

Penulis   : Dony Iswara
Penerbit : Mojok
Tebal       : 146 hlm.
Jenis        : Kumcer

Buku ini berisi 16 cerpen, mengangkat seputar kisah kehidupan sehari-hari rakyat biasa. Cerita-ceritanya ringan, dan— yaah, kita sudah bisa menebak buku-buku terbitan Mojok itu seperti apa kriuk-nya.

10. Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta

Penulis   : Luis Sepúlveda
Penerbit : Marjin Kiri
Tebal      : 133 hlm.
Jenis       : Novel

Kisahnya lebih banyak berlatar di kawasan hutan Amazon. Pak tua mengenali Amazon itu dan tabiat penghuninya dengan sangat baik berkat suku Suar yang dulu mengajarinya. Ia bukan berasal dari suku itu, tapi orang-orang suku telah menganggapnya sebagai saudara setelah menyelamatkannya. Dalam sebuah perjalanannya dengan kapal, pak tua tertarik dengan penumpang yang membawa buku. Ia mulai bertanya bagaimana membaca buku itu dan buku apa yang bagus untuk dibaca. Kemudian ia menerima sebuah buku berisi kisah cinta. Ketika membuka buuku itu ia gembira mendapati dirinya dapat mengeja setiap huruf di buku tersebut. Ia ingat dulu bisa membaca. Sejak memiliki buku itu ia selalu membacanya keras-keras dan mengulang-ulang prolog kisahnya.

11. Sandiwara 700 Tahun Sebelum Masehi

Penulis   : Muhaimin Nurrizqy
Penerbit : Kalaka
Tebal      : 91 hlm.
Jenis       : Kumcer

Buku ini berisi 10 cerpen yang ringan dan menghibur. Proses kreatif penulisan menghasilkan cerita yang mengharukan, menggelikan, hingga mengejutkan. Aku rekomendasikan untuk kalian yang hari-harinya sering kusut karena pekerjaan atau ulangan. Baca buku ini dijamin bisa mengembalikan mood kalian. Sayangnya, isinya hanya 10 cerpen. Aku berharap buku ini, katakanlah jilid pertamanya, jadi akan ada jilid kedua dan seterusnya.

12. Dijual Keajaiban

Penulis         : 9 Pengarang Besar Asia
Penerjemah : Tia Setiadi
Penerbit       : Diva Press
Tebal             : 228 hlm.
Jenis              : Kumcer

Kita akan menemukan tulisan-tulisan penulis kondang Asia dalam buku ini, yaitu Gao Xingjian, Khayriyah Ibrahim as-Saqqaf, Naguib Mahfouz, Orhan Pamuk, RK. Narayan, Salman Rushdie, Taufiq el-Hakim, Yukio Mishima, dan Yusuf Idris. Berisi 9 cerita yanh kesemuanya menarik untuk diresapi. Salah satu yang paling kusuka berjudul Qismati dan Nasibi, ditulis oleh Naguib Mahfouz. Cerita itu mengisahkan dua anak yang terlahir dalam satu badan. Mereka punya sifat dan kebiasaan yang jauh berbeda, yang satu rajin dan yang satu lagi pemalas. Saat menginjak dewasa mereka jatuh cinta pada gadis yang sama. Mereka sering berselisih yang membuat salah satu dari keduanya menyesali mengapa ia dilahirkan dalam keadaan sial. Akhir dari cerita ini pun sangat menyayat hati siapa yang membacanya.

13. Aku Mendengarmu, Istanbul

Penulis   : Bernando J. Sujibto
Penerbit : Diva Press
Tebal       : 260 hlm.
Jenis        : Kumcer

Sudah jelas keseluruhan cerita di buku ini berlatar di negara Turki. Bacaan ringan dan recommended, apalagi untuk yang suka dengan hal-hal berbau Turki. Buku ini tak hanya mengangkat cerita soal cinta, tapi juga politik, budaya, pengalaman, dan pelajaran hidup. Ada 17 judul cerita yang dibagi menjadi dua bagian, dan cerita yang paling berkesan bagiku berjudul Ela Gözlü.

14. Sepasang Sepatu Tua

Penulis   : Sapardi Djoko Damono
Penerbit : Gramedia
Tebal      : 114 hlm.
Jenis       : Kumcer

Aku selalu jatuh cinta dengan buku-buku Sapardi. Buku-bukunya recommended untuk pemula yang ingin membaca karya sastra. Termasuk buku ini. Di dalamnya terdapat 19 judul cerita yang berisi tentang berbagai permasalahan ringan kehidupan manusia. Ceritanya imajinatif dan dirangkai dengan bahasa sastra yang indah.

15. Angin Musim

Penulis   : Mahbub Djunaedi
Penerbit : Diva Press
Tebal       : 320 hlm.
Jenis        : Novel

Novel ini ditulis menggunakan kaidah sastra oleh penulisnya. Berkisah tentang seekor kucing yang mengalami perubahan nasib, dari hewan piaraan seorang wedana yang kemudian luntang-lantung dari satu pasar ke pasar lainnya demi mencari makanan dan belas kasihan manusia. Hingga akhirnya ia berada di balik sel tahanan. Tadinya novel ini sempat membuatku ragu untuk membacanya, mungkin karena aku penyuka kucing.

16. Hakim Sarmin Presiden Kita

Penulis   : Agus Noor
Penerbit : Basa Basi
Tebalb    : 260 hlm.
Jenis        : Naskah lakon

Berisi skrip lakon sebuah drama yang melibatkan hakim, dokter, kolonel, dan pejabat pemerintah dari berbagai lapisan. Ada dua kisah: “Hakim Sarmin” betlatar sebuah zaman yang dilanda wabah kegilaan dan semua hakim memeilih masuk rumah sakit jiwa. Lalu “Presiden Kita Tercinta”, revolusi yang menumbangkan seorang presiden. Ceritanya jenaka dan unik, dan menjadi satire untuk menyinggung pemerintah.

17. The Old Man and The Sea

Penulis   : Ernest Hemingway
Penerbit : Narasi
Tebal       : 164 hlm.

Buku ini berkisah tentang Santiago, seorang nelayan tua berpengalaman. Namun pada suatu waktu, ia melewatka 84 hari tanpa menangkap seekor ikan pun. Masyarakat menyebutnya salao, taitu bentuk terburuk dari ketidakberuntungan. Pada hari ke-85, ia berlayar sendirian ke Gulf Stream yang terletak di Samudera Atlantik. Siang harinya, umpannya dimakan oleh ikan marlin yang sangat besar. Ia tak mampu menarik kailnya, malah ia yang ditarik oleh ikan marlin itu. Pertarungannya dengan ikan itu berlangsung selama berhari-hari. Santiago bertahan demi mendapatkan ikan itu, ia membayangkan betapa mahalnya jika ikan itu dijual.

18. Laut Bercerita

Penulis   : Leila S. Chudori
Penerbit : KPG
Tebal       : 379 hlm.
Jenis        : Novel

Mengambil setting di masa Orde Baru— revolusi, novel ini bercerita tentang perjuangan sekelompok mahasiswa yang ingin memberikan perubahan untuk negara yang mereka cintai. Buku ini dibagi menjadi dua bagian cerita. Bagian pertama dengan sudut pandang Biru Laut. Mengisahkan tentang perjuangan para mahasiswa hingga masa-masa dimana mereka menjadi korban penculikan. Dan bagian kedua, dengan sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut. Buku ini mengajak kita merasakan bagaimana para keluarga, sahabat, dan orang tua yang ditinggalkan mereka, hidup dalam kesedihan dan ketidakpastian akan keberadaan orang-orang tercinta yang dihilangkan secara paksa.

19. No Exit

Penulis   : Taylor Adams
Penerbit : Bentang
Tebal       : 370 hlm.
Jenis        : Novel

Buku ini layak dibandingkan dengan buku-buku Agatha Christie. Seru. Baca saja.

20. Jemput Terbawa

Penulis   : Pinto Anugrah
Penerbit : Mojok
Tebal      : 206 hlm.
Jenis       : Novel

Novel ini berkisah tentang Laya, seorang perempuan dari ibu kota yang memutuskan untuk meninggalkan segala kenyamananmya di Jakarta untuk pulang ke kampung halamannya, di sebuah kampung terpencil di ceruk Bukit Barisan. Di tempat itu, ia justru menjalani perjalanan kehidupan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

34 thoughts on “Jajan Buku Tahun 2019

  1. Mantap gais! Dari daftar buku yang disebutkan, belum ada satu pun yang pernah kubaca.

    Kalau aku sih, agak insecure kalau minjamin buku. Abis sering bukunya gak balik-balik. Lupa dikembalikan dan ilang. Jadi rada segan gitu kalau nagih buku yang sudah dipinjam hingga setahun belum balik.

    Like

    1. Belum ada yg pernah dibaca tapi yg di luar itu banyak yg kebaca kan 😅😆

      Wahahah.. iya sih.. aku juga kadang was-was, apalagi kalo yg dipinjem itu buku kesayangan. Pernah kejadian sih, punya buku keren dipinjem temen, judulnya ‘Ring of Fire, Indonesia dalam Lingkaran Api’, eh tau2 ngilang.. bikin semingguan uring2an sendiri 😪🤦

      Like

  2. dari daftarnya baru lelaki tua dan lautan yang pernah kubaca, lainnya belum

    luar biasa bacaannya berbagai macam genre. kalau saya sendiri masih banyak hutang pada buku yang belum dibaca padahal sudah dibeli jauh-jauh hari

    Liked by 1 person

  3. Hi, Mbak.
    Salutttt buangettt dengan dirimu!
    Pada tahun 2019 ini, sudah menyelesaikan 20 buah buku. Hummm…Kece!

    Saya pun melakukan target untuk membaca dan membagikan buah-buah hasil bacaan saya. Akhir-akhir ini tantangan ini saya naikkan menjadi, menggunakan buku-buku yang saya baca untuk mewujudkan secara nyata proyek/program untuk orang-orang yang saya layani.

    Saya menyadari bahwa buku setelah dibaca dan dibuat review-nya, lalu apa ? Saya kemudian mengambil inisiatif untuk mewujudkan ide-ide dalma buku ke dalam sesuatu yang nyata. Sebagai contoh, buku dengan tema Hidup Minimalis. Saya melahap beberapa buku dengan genre yang kurang lebih sama. Lalu, saya wujudkan ide buku ini dalam bentuk tindakan, saya praktikkan sendiri bagaimana hidup minimalis itu. Tidak langsung, tapi bertahap.

    E…kok malah curhat hahahaha.

    Liked by 1 person

    1. Uwooww… Superb idenya kak !!
      Aku malah ngga kepikiran buat inisiatif seperti itu..hihihi.. Tapi ada sih 1 buku yg pernah aku coba terapkan, kak. Judulnya the power of water (masaru emoto). jadi, botol minum aku kasih tulisan yg bagus2 gitu 😁😄

      Liked by 1 person

    1. İyaa itu buku bagusss.. Rumah gaya Thoreauvian memang unik sih ya Kak. Itu juga suka dibuat meme sama orang, atau ditulisin “Siapa yang mau tinggal di rumah seperti ini seminggu aja, tapi tanpa internet?!” 😆

      Liked by 1 person

Leave a comment