Buku yang tersusun di lemari buku tak satupun yang bertorehkan ‘cinta’ pada sampulnya. Semestinya ada setengah lusin lebih buku-buku seperti itu di sana, di bawah dwilogi-trilogi dan kompilasi-kompilasi. Jika tidak karena suatu alasan bahwa ‘cinta’ yang kerap terlihat tapi terpenjara akan lebih mudah memuai-menyusut dan perlahan usang, aku tak akan melakukan sesuatu yang preventif. Baiklah, begini. Aku telah meringkus-sembunyikan buku-buku itu di dalam lemari pakaianku, tepatnya: dalam sebuah kotak besar bermotif polkadot di bawah pakaian-pakaian panjang yang tergantung. Cinta Tak Pernah Tepat Waktu ada di sana, dan barangkali berhimpitan dengan Perihal Cinta Kita Semua Pemula.
<(° ∆ °)>
Belakangan aku menyadari bahwa alasan peringkus-sembunyian buku-buku dengan judul ‘cinta’ itu sesungguhnya karena trauma di masa lalu yang hingga kini masih tertanam di pikiranku; AKU PERNAH MELIHAT PEMBAKARAN BUKU…..
buku apakah yang dibakar
LikeLiked by 1 person
Buku yang memuat cerita cinta.
LikeLike
kenapa dibakar
LikeLiked by 1 person
sebetulnya kami dilarang membaca buku-buku yg seperti itu. bahkan yg bagus dan memuat pengajaran agama sekalipun. tetap saja, menurut saya membakarnya tindakan yg tidak tepat. 😥
LikeLike
waktu sekolah dulu ya
LikeLike
betul
LikeLike
Penasaran..😅
LikeLiked by 1 person
Jangan, ini menyakitkan 😂😆
LikeLike
Hai Frida, mungkin obatnya cuma satu yaitu jatuh cinta lagi pada buku. Hehe
Ada sedikit koreksi :
1. aku tak akan melakukan sesuatu yang preventif.Baiklah, begini. (tambahkan spasi sebelum kata ‘Baik’
2. karena trauma dimasa lalu (di masa)
LikeLiked by 1 person
Waah terima kasih banyak, Kak. Langsung saya benahi. Artinya, alamat mesti benar-benar lanjut ke ketik6 ini. Hehe.
LikeLike
Haha… iya dong lanjutkan
LikeLiked by 1 person