Rumah

Rumah selalu menjadi tempat yang nyaman untuk menulis kenangan. 

Sore menjelang petang, jalanan basah sisa hujan, daun lily terperciki butiran tanah di halaman, lampu jalan menyala perlahan,  penjual sate di seberang mulai menata arang di tungku panjang.

Continue reading “Rumah”

Jogja, Buku, dan Rindu

Pagi tadi seorang teman mengirimiku pesan WhatsApp yang berisi gambar bertuliskan lima judul buku. Temanku ini bernama Hanif, cewek yang usianya setahun lebih tua dariku. Ia kembali tinggal di Lombok setelah sebelumnya menetap empat tahun di Jogja. Hanif pencinta buku, termasuk orang yang gemar membeli buku, tapi ironisnya nyaris tak pernah membeli buku di Lombok, yang mana adalah tanah kelahirannya sendiri. Jarak yang harus ditempuhnya menuju toko buku begitu jauh, dan harga buku yang terlampau tinggi (ia sedang membandingkannya dengan harga buku-buku yang dulu ia beli di Jogja) mengharuskannya menemukan ide cemerlang. Ia tidak ingin memikirkan membeli buku lewat online bookstore. Sehingga, apa yang ia kirimkan padaku pagi tadi adalah isi dari idenya itu. Continue reading “Jogja, Buku, dan Rindu”