Curhat #2: Tentang Kemasan Hidup Kita

This map shows everywhere single-use plastics are banned
Sumber: Pinterest

Hidup terbebas dari sampah plastik itu tidak mudah. Lihat saja. Barang-barang yang kita beli kebanyakan menggunakan plastik kemasan, mulai dari buah-buahan yang murni dihasilkan alam hingga perabot rumah tangga yang diciptakan tangan manusia. Ada beberapa jenis plastik kemasan yang lebih awet atau mempunyai masa pakai lebih dari sekali, namun ada juga plastik kemasan yang begitu sekali dipakai langsung dibuang begitu saja. Yang terakhir ini sudah mengacaukan bumi karena terus bergentayangan sepanjang sisa hidupnya.

Ini juga yang sempat terus-terusan membuatku serba salah ketika memilih barang-barang kebutuhan. Aku membawa tas belanja (reusable bag) sendiri tapi tas itu penuh dengan barang-barang yang tak lepas dari plastik kemasan. Hampir setiap minggu sampahnya terus ada dan menumpuk. Dan walaupun sampah-sampah itu kupilah dan kusetorkan ke tempat pengumpulan sampah, aku tidak tahu senyatanya kemana nanti sampah-sampahku akan berlabuh. Apakah sampah kertas dan botol akan benar-benar didaur ulang? Apakah sampah plastik kemasan yang yang masih rapi akan benar-benar digunakan lagi untuk membuat suatu barang baru? Apakah usahaku benar-benar mampu menyelamatkan lingkungan atau hanya lingkunganku saja tidak dengan lingkungan tempat pengumpulan sampah? Seringkali terjadi seperti ini. Satu masalah yang dicoba untuk diatasi menyisakan masalah selanjutnya yang lebih komplikasi.

Sebagai perempuan, aku ingin memiliki gaya hidup minim plastik sebaik mungkin. Pasalnya kaun perempuan telah berpotensi menjadi penyumbang sampah plastik lebih banyak dari pada kaum laki-laki. Hal ini masuk akal jika dipikirkan lebih dalam, mengingat perempuan lebih konsumtif dan mudah tergiur untuk membeli barang-barang baru. Oleh karena itu, perempuan pulalah yang harus banyak bertindak agar dapat menekan penggunaan barang berplastik kemasan (yang berarti dapat menekan sampah plastik pula).

WARNING: Jika menemui kalimat yang tidak masuk akal, harap maklum.

Akupun mengumpulkan artikel-artikel Google tentang tips mengurangi sampah plastik, terutama bagaimana lebih selektif lagi dalam memilih barang kebutuhan sehari-hari yang berbungkus plastik. Hampir semua tips yang aku baca masuk akal dan sempurna menuju gerakan zero waste, seakan dirilis langsung oleh para expertnya. Dan tentu saja karena kekuatan tips-tips itu, aku berencana untuk mempraktikkan hal-hal berikut ini.

1. Membeli produk/barang kebutuhan dalam 1 kemasan besar

Ini bisa diterapkan ketika membeli deterjen, cairan pembersih lantai, sabun cuci piring, lotion kulit, dan barang-barang sejenisnya. Nah, tips ini agaknya perlu aku sosialisasikan kepada Mama wkwkwk.

Tergoda paket hemat? Usahakan kalau kepepet saja.

2. Menghindari pembelian produk/barang dengan kemasan plastik yang berlapis-lapis

Sebetulnya aku tidak tahu apa bedanya dengan tips pada nomor satu. Langsung saja kuberi contoh: Makanan yang punya embel-embel sharing pack, mirip dengan makanan ringan yang dibungkus kecil-kecil kemudian diplastik lagi menjadi satu, itu perlu dihindari. Ada baiknya langsung membeli kemasan versi besarnya.

3. Mengelola sampah plastik makanan basah/berminyak

Sampah plastik basah/berminyak adalah salah satu masalah di rumah ketika kami memilah-milah sampah. Pasalnya kami harus membersihkannya terlebih dahulu dengan air dan menjemurnya, baru kami satukan ke tempat sampah khusus plastik kering. Sampah plastik basah dan berminyak biasanya berupa plastik tahu, plastik es krim, plastik siomay, plastik gorengan, plastik ayam mentah, plastik jagung muda, dan plastik kecambah. Jangan bilang ‘kalau nggak mau gitu, ya jangan beli!’ ya! Kami perlu membiasakan untuk membawa wadah sendiri ketika membeli beberapa makanan basah/berminyak tadi. Terus aja apa-apa dipakaiin wadah sendiri. Hahaha.

4. Membeli makanan alami yang nol sampah plastik

Makanan alami? Beras, buah-buahan, bahan sayuran, umbi-umbian, dan jajanan pasar. Sejauh ini aku sudah mempraktikkan: memilih sendiri buah-buahan yang tidak dikemas dengan plastik, styrofoam, foam net, jaring, ataupun cling wrap. Aku bebas memilih buah-buahan yang masih segar dan baru, lalu memasukkannya ke kantong belanja. Tidak begitu penting jika buah-buahan itu tidak semulus buah yang dikemas dengan foam net. Jajanan pasar juga menjadi alternatif ketika aku ingin mengurangi konsumsi makanan ringan dalam kemasan. Lemet, gethuk, talam, ongol-ongol, mendhut, dan monte adalah jajanan pasar favoritku yang kesemuanya dibungkus dengan daun.

Pernahkah kamu melihat pisang ambon 3 biji yang dikemas dengan styrofoam dan cling wrap di toko buah kesayanganmu? Aku mempunyai penilaian yang berbeda terhadapnya sebelum dan setelah beralih lebih selektif lagi dalam memilih buah.

images
Sumber: Google

Kadang yang membuat dilema adalah tempe yang diplastik vs tempe yang dibuntal daun. Untuk kebutuhan khusus, mau tak mau tempe yang diplastik lebih kupilih dari pada tempe yang dibuntal daun.

5. Suguhan tanpa bungkus plastik bagi tamu

Sebetulnya ini sudah kami lakukan. Makanan alami atau makanan tidak berbungkus plastik kami disajikan secara prasmanan dalam piring, keranjang, atau toples, terlebih lagi jika tamunya banyak dan acaranya semiformal. Kami tidak perlu membaginya ke dalam kardus snack dan membungkus satu persatu makanan dengan plastik. Pernah kan melihat lumpia atau tahu isi sebiji saja dibungkus plastik?

Tapi kami memang masih suka khilaf, apalagi untuk minuman. Jika tamunya banyak dan kami tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkannya, kami terpaksa menyuguhkan minuman teh gelasan. Bahkan saking konyolnya kami pun pernah sampai menyuguhkan air mineral gelasan untuk tamu-tamu. Padahal semestinya kami menyuguhkan air mineral dan teh dengan teko atau drink jar.

Tips ini perlu dipraktikkan terlebih dahulu di rumah, karena banyak sekali acara luar rumah yang menyuguhkan snack berplastik sementara kami tidak punya hak untuk mencegahnya.

6. Meminimalisasi belanja online

Jika tidak mendesak dan terjangkau di toko terdekat, lebih baik belanja langsung ke toko fisiknya saja. Karena belanja online tak ubahnya dengan belanja di warung tetangga dengan berwadahkan kantong plastik kresek (single use plastic).

7. Berbelanja kebutuhan di bulk store

Oh, ini yang paling sulit. Meskipun benar-benar mensupport kita untuk menuju gaya hidup zero waste, tapi barang-barang yang dijual biasanya lebih mahal.

Kok semuanya serba berkaitan dengan makanan, ya? Hahaha.

Jadi, apabila kita hendak memilih barang yang dibungkus dengan plastik, agaknya kita perlu pikir-pikir terlebih dahulu. Kita perlu membayang-bayangi diri dengan berapa lama jenis plastik itu akan hancur (atau bayangkan saja yang lebih menakutkan: jika terjadi banjir bandang dan kita tenggelam, anak-anak paus yang induknya mati keracunan sampah akan datang kepada kita untuk menjejalkan sampah-sampah ke mulut kita!) sehingga kita bisa mengambil keputusan: 1) mencari alternatif barang lainnya, 2) membelinya karena benar-benar butuh, atau 3) tidak perlu membelinya jika itu tidak begitu perlu. Misalnya: Ingin membeli minuman isotonik, sedangkan kita dibayang-bayangi oleh kenyataan bahwa sampah botol minuman akan hancur selama lebih dari 450 tahun. Kebetulan ada kelapa muda di kebun rumah, jadi kita lebih baik memetiknya sebagai alternatif minuman isotonik kemasan yang kita inginkan. Tidak ada kelapa muda di rumah? Bisa beli kelapa muda di kios-kios pinggir jalan. Intinya adalah bagaimana kita menekan penggunaan plastik dengan memilih barang yang ramah lingkungan. Aku dan temanku sering mempraktikkan ini. Temanku sendiri secara terus terang menyebut bahwa minuman isotonik kemasan hanyalah sekadar ‘banyu kambil’ (air kelapa), bahkan bisa dibilang kemurnian dan manfaatnya lebih baik dari pada isotonik kemasan. Ya ampun, contohnya terlalu maksa begini yaaa…

Ini-Manfaat-Berbuka-dengan-Air-Kelapa-Muda
‘Banyu degan’ lebih segar, pemirsaah. Sumber: Google

Tips dari nomor 1 hingga nomor 7 yang kuuraikan di atas mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam perwujudannya. Tapi, kita boleh berencana sedemikian rupa untuk menjauhkan diri dari penggunaan plastik sekali pakai, yang tak sedikit sampahnya telah mencemari air tanah bumi ini, memutus rantai makanan makhluk hidup, ataupun menjadi monster bagi hewan-hewan laut. Sekecil apapun usaha yang kita mulai untuk menyelamatkan lingkungan, itu sangat bernilai dan menjadi pondasi yang kuat untuk kita melangkah memperbaiki kemasan hidup kita. Dan bagiku, yang terpenting ialah jangan pernah menganggap usaha kita ini sudah terlambat dan hanya akan berakhir sia-sia. Sudah bagus kita mau memupuk kesadaran untuk berubah, membuat bumi tetap layak huni, bukannya acuh tak acuh dan memperparah kondisi lingkungan. Benar kita tidak bisa menghilangkan plastik dari kehidupan kita, akan tetapi kita pasti bisa meminimalisasi penggunaannya.

13 thoughts on “Curhat #2: Tentang Kemasan Hidup Kita

  1. Tak bisa dipungkiri masih sangat susah menerapkan pola bebas plastik.
    Aku sendiri mengakui itu apalagi masih punya anak kecil. Caraku mengurangi sampah plastik yg bertebaran adalah dengan memusnahkam sendiri ( membakar) dan tak membuang ke penampungan sampah. Jadi aku mamastikan tidak turut andil dalam menambah sampah yg berserakan tanpa diolah

    Liked by 1 person

  2. Aku senang ternyata kamu juga berbicara tentang lingkungan hidup, Frida πŸ™‚ Oya, literatur tentang Ecosophie juga bagus banget. Kegelisahanmu tentang tas belanja yang reusable tapi berisi barang-barang penuh plastik mengingatkanku pada kritik Arnae Naess pada praktek peduli lingkungan yang tidak menyelesaikan akar masalah. Menurut Arnae Naess, manusia harus mengubah total cara hidupnya, barulah kontradiksi-kontradiksi seperti tadi tidak terulang πŸ™‚

    Liked by 1 person

    1. wow! adakah bukunya?
      ya itu yang kurasakan, kak. kadang saya juga berpikir; mengapa saya terlalu memikirkan hal ini, berusaha mengubah diri sendiri dan orang lain yang tinggal di lingkungan sekitar, tapi tetap tidak bisa maksimal. lalu jika melihat apa kedudukan saya dan status saya di dalam lingkungan, itu menjadi kesulitan lagi. wadaww

      Liked by 1 person

      1. Ada, ada bukunya, Rahma. Aku bisa kirimkan untukmu PDF-nya, atau kamu bisa download di situs b-ok.cc dengan kata kunci Arnae Naess, Ecosophie, atau Environmental Ethics πŸ™‚

        Iya, ya. Perenungan tentang posisi kita di alam. Perdebatan tentang ini kuat sekali. Tapi aku sudah memilih β€˜Ekosentrisme’ πŸ™‚

        Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s