Orang-orang Desa (2)

Ketika aku kembali, aku sudah lupa bagaimana berbicara Bahasa Jawa. Terlebih lagi melafazkan  Bahasa Jawa Krama, rasanya susah sekali. Aku sudah terbiasa berbicara dengan Bahasa Indonesia dan dua bahasa asing yang dijadikan bahasa resmi asrama, padahal orang-orang di desa berkomunikasi dengan Bahasa Jawa. Jadi, aku pun bertekad perlahan-lahan membiasakan diri lagi untuk berbahasa Jawa Krama. Di desa, bersosialisasi alias ‘srawung’ dengan masyarakat sekitar sangatlah penting, dan aku tidak ingin seolah-olah terpisahkan dari mereka. Aku juga tidak ingin dicap sebagai ‘wong Jawa ilang Jawane’ atau orang Jawa yang kehilangan ke-Jawa-annya. Continue reading “Orang-orang Desa (2)”