Catatan Perjalanan Usaha Seorang Dropshipper

UNSPLASH

Saya menekuni usaha dropshipping sejak tahun 2017 hingga sekarang. Produk yang saya jual adalah batik dengan beragam jenis kualitas dan harga, mulai dari kain, pakaian formal dan casual, daster, hingga celana kolor. Kios batik yang menyediakan produk-produk tersebut berlokasi di Pasar Beringharjo, pasar besar di dekat Jalan Malioboro Yogyakarta yang menjadi surganya wisawatan untuk berbelanja batik, cendera mata, ataupun kuliner.

Kebetulan, pemilik kios batik tersebut sudah saya kenal jauh sebelum saya menjadi dropshipper kiosnya. Singkat cerita, kami berdua pernah bekerja bersama di sebuah kios batik di Pasar Beringharjo. Rekan saya berusia 30an dan terbilang sebagai karyawan senior, sedangkan saya waktu itu masih berusia 18 tahun (atau mungkin 19). Walaupun saya hanya bekerja dalam waktu kurang dari 1 tahunโ€”pertama kalinya saya mencari pengalaman bekerja, saya menyerap banyak pelajaran tentang berdagang dari rekan saya itu. Saya belajar darinya bagaimana bersikap percaya diri ketika melayani pembeli, bagaimana menghafal harga setiap item batik (karena hanya kain sutra ATBM saja yang diberi label harga), bagaimana menaikkan harga barang dan cara menurunkannya ketika pembeli menawar, bagaimana cara jitu agar pembeli yang royal menambah barang yang ia beli, bagaimana kami mendiskusikan harga pas dengan angka Mandarin, dan cara-cara persuasif ala orang pasar yang lainnya. Setelah mendapat pekerjaan yang menurut saya lebih nyaman, juga alasan untuk masuk universitas, saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan berdagang itu. Bos sangat menyayangkan karena saya tidak bisa bekerja lebih lama lagi.

Thinking back like this, saya jadi rindu akan suasana Beringharjo; guyonan orang-orang pasar, penjaja makanan keliling, karnaval di Jalan Malioboro yang membuat pekerja pasar tidak bisa pulang cepat, waria tajir yang gemar memborong, tukang kredit yang menagih angsuran, juga simbok gendhong yang lalu lalang mencari pembeli yang kerepotan membawa barangโ€”yang bahkan kelompok mereka itu lebih punya kesempatan bercakap-cakap dengan Ibu Negara yang sedang berkunjung ke Beringharjo. Saya melihat orang-orang bekerja keras setiap hari untuk keluarga mereka.

Beberapa bulan setelah saya keluar, saya mendapat kabar dari rekan saya itu kalau ia juga keluar dari pekerjaan dan memilih membuka kios batik sendiri di Pasar Beringharjo. Di awal tahun berdiri, penjualan di kiosnya sudah bagus berkat jaringan pembeli dan bekal kemampuan berdagang yang sudah ia kuasai. Dan ketika saya menyadari kami punya hubungan baik, saya memanfaatkan celah itu untuk menjadi dropshippernya. Ia senang. Bahkan saya diamanahi untuk memegang akun online shop kiosnya supaya penjualan dan reseller/dropshipper semakin banyak. Begitulah ceritanya.

Bagi saya, penyedia batik yang berasal dari Pasar Beringharjo cukup memberi kemudahan untuk saya bersaing di pasaran. Hal ini karena harga yang ditawarkan tidak setinggi yang dipatok oleh butik, sementara kualitas dan model batik di Beringharjo banyak yang selevel dengan butik. Meski demikian, saya tidak lantas mengatrol harga seenaknya. Saya biasa menaikkan 10-20 ribu untuk produk berkelas/berlabel premium dan 5 ribu untuk produk yang harus dibeli selusin (grosir). Lalu ada harga tersendiri untuk reseller dan tengkulak. Saya pikir ini harga yang wajar, apalagi setelah melakukan survey harga yang dibandrol oleh dropshipper batik/kompetitor saya yang lainnya.

Berbicara tentang mengapa memilih menjadi dropshipper, saya merasa ini bukan pekerjaan sampingan yang membebani saya. Dropshipper tidak direpotkan dengan urusan memotret barang, mengemas, dan mengirim barang ke pelanggan. Penyedia baranglah yang akan melakukan itu. Dropshipper menjual barang dan mendapatkan uang tanpa memiliki/menampung stok barang yang dijualnya. Ia pun bebas menaikkan harga. Lain halnya dengan reseller yang harus mempunyai stok dan mengirim sendiri barang pesanan pelanggan. Secara sederhana, tugas dropshipper hanya mengiklankan barang, bermain strategi pemasaran, melayani customer yang ‘nyangkut’ dengan baik, selebihnya pembayaran dilakukan melalui transfer. Kemudian pesanan costumer yang akan dikirim oleh penyedia barang sudah atas nama dropshipper, bukan nama kios penyedia barang.

UNSPLASH

Saya tidak bisa menilai apakah sistem dropshipping ini minim risiko bagi semua orang yang memilihnya sebagai jalan usaha. Mungkin karena penyedia barang saya adalah orang yang tidak saya ragukan lagi kecakapannya. Ketika ada masalah pada pesanan, saya bisa menyelesaikannya dengan cepat berkat bantuannya. Kami akan menawarkan beberapa pilihan seperti retur dan transfer kembali untuk barang yang tidak sesuai pesanan. Rekan saya memang tidak pernah mempersulit usaha seseorang atau tidak tanggung jawab jika ada kekeliruan, dan ini menjadi hal yang paling saya contoh darinya.

Cara saya berjualan sebetulnya sedikit aneh. Ini bukan karena saya tidak memaksimalkan jangkauan pemasaran dengan menggunakanan aplikasi e-commerce tercanggih di abad ini. Tapi karena, jujur saya tidak pernah mengepos barang-barang yang saya jual di media sosial untuk dapat diketahui teman-teman saya. Saya menyembunyikannya dengan alasan saya memakai sistem dropshipping. Saya takut mengecewakan jika mereka ingin membeli tetapi saya tidak melayani COD atau mengantar pesanan mereka. Jadi, saya terpaksa mengatur status setting di WhatsApp agar pembeli dan reseller yang saya simpan nomor kontaknya saja yang dapat melihat update koleksi terbaru. Begitu pula dengan akun online shopnya di Instagram. Saya tidak mengikuti satupun akun milik teman, bahkan akun saya sendiri. (Tapi belakangan ini, saya mempergunakannya untuk stalking akun member BTS).

Dari awal saya memang telah menentukan segmentasi pasar yang jelas, dan jika saya cermati ulang, ternyata pelanggan potensial saya justru banyak didominasi oleh istri pejabat dinas dan beberapa tengkulak batik. Saya pun fokus dan menelateni itu tanpa mengesampingkan calon pembeli baru. (Tips: Penting untuk membuat nyaman pelanggan supaya tidak pindah ke lain hati.)

Agaknya menjadi besar kepala jika saya menyebutkan berapa jumlah customer saya hingga saat ini, baik yang sudah menjadi pelanggan tetap maupun yang tidak. Itu tidak begitu penting adanya di tulisan ini, yang terpenting saya bersyukur karena barang yang saya jual bisa laku. Uang yang saya dapatkan, sedikit atau banyak, sangat bermanfaat dan saya selalu ingin menggunakannya untuk hal-hal baik.

Waktu tiga tahun menjadi dropshipper itu bisa dan tidak bisa dibilang sebentar, dan saya masih berharap usaha ini dapat saya teruskan hingga nanti. Saya pernah menemukan pos inspiratif seorang ilustrator bermama Puty (byputy), berkata begini di Twitter: nggak semua orang yang punya bisnis rumahan harus mimpi usahanya berkembang jadi empire. boleh aja kan bikin bisnis rumahan dengan mimpi bisa sekolahin anak dan hidup tenang. Perkataan tersebut bermakna luas dan menjadi dukungan moral bagi saya yang masih harus banyak belajar dalam mengembangkan usaha.

(Apa yang bisa saya ceritakan lagi di sini? Oh, tidak ada lagi.)

Saya sangat berterima kasih kepada rekan saya, karenanya saya menjadi termotivasi untuk belajar berjualan dan kemudian memiliki usaha sendiri. Saya beruntung. Saya menyukai kegiatan itu. Terima kasih, terima kasih banyak.

14 thoughts on “Catatan Perjalanan Usaha Seorang Dropshipper

  1. Sukses terus mba.
    Saya jg pernah menjalaninya dropshipper ini, tp ga jalan krn dapatnya bukan dr tangan pertama.
    Pernah jadi reseller, malah ga balik modal, pernah minta tolong dibelanjain sodar, tp ga sesuai selera. Akhirnya berhenti, padahal ingin ngedropship jg sembari browsing.
    Sepertinya sy harus belajar ngedropship sm mba Frida.

    Liked by 1 person

    1. Amin, terima kasih Kak Salma..

      Wah sayang ya Kak.. Kalau tidak dari tangan pertama, harganya udah naik dua kali ya.. Mungkin kk perlu survey penyedia barangnya dulu kak, biasanya yg akunnya aktif, punya punya stok banyak dan update tiap hari, adminnya juga ramah, bisa bertahan lama. Saya dulu pernah ikut workshop online diajarinnya begitu. Tapi wajar juga kok kak kalau kita berhenti karena faktor penyedia barangnya, soalnya aktivitas jualan kita hanya bergantung sama penyedia itu ๐Ÿ˜…โ˜บ๏ธ

      Coba lagi Kak Salma, good luck! Semoga dapat penyedia barang yang cocok yaa..

      Liked by 1 person

  2. ada yang mau nambahin? saya mau menambahkan.. ternyata stalking artis korea bisa merobohkan iman dalam menjaga eksklusivitas instagram :D. saya pernah mendapat tawaran menjadi dropshipper teman, produk evomos atau apa gt. dia tinggal di Sleman, mana cantik lagi orangnya. sayangnya saya kok agak ragu, khawatirnya tidak bisa mengurus dengan baik.

    padahal dapet member free dari dia, jika tidak dapet free member dari dia biaya menjadi anggota adalah 300 ribu.

    ngemeng ngemeng yogyakarta, jadi kangen nongkrong lembah UGM sarang insan memadu kasih.

    Like

    1. waah itu benar?? coba drop linknya biar saya baca artikelnya hehehe. kebetulan saya sedang ikut pendampingan usaha, mungkin nanti bisa saya konsultasikan juga dgn coach ttg pengaruh stalking artis korea trhdp akun instagram bisnis. kalau sejauh ini, alhamdu lillah tdk berpengaruh apa2 sih hehehehe. terima kasih infonya ya.

      Like

  3. Keren banget Mbak Frida dan rekannya, Masya Allah. Semoga lancar jualannya ya mbak! ๐Ÿคฉ

    Saya penasaran, kalau motivasi berjualannya besar seperti ini, ada nggak sih mbak orang rumah yang menginspirasi? Orang rumah yang sudah mbak liat usaha untuk berjualannya setiap hari. Jujur, saya no idea sekali perihal jualan ini huhu padahal, saya pengin sekali punya usaha dari rumah.

    Oh iya, saya salut banget sama rekannya. Baik banget ya mau ngajarin mbak frida tentang kiat-kiat jualan ini. Orangnya memang tipe senang berbagi ya mbak? Nggak banyak lho orang seperti rekannya mbak frida ini :’)

    Like

    1. Amin, amin.

      Orang rumah maksudnya keluarga ya Kak? hehe.. tidak ada kak. keluarga saya dari dulu tidak ada yg berwirausaha. saya cuma modal dari pengalaman bekerja, dan passion saya pas tes IQ + bakat minat ternyata masuknya memang bidang ekonomi/bisnis. pas saya nyoba jualan, adik saya terus ikut2an. tapi bukan usaha yg dropship ini kak, saya ada usaha 1 lagi yg saya kelola sendiri. yg dropship ini orang rumah ga ada yg tau ๐Ÿ˜‚ beneran deh.

      yuk bisa yuk kak mulai buka usaha dari rumah ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ’ช

      rekan saya itu senior saya pas di tempat kerja kak, jadi mengajari juniornya memang tugas dia ๐Ÿ˜…๐Ÿ˜… iya memang baik banget kak, suka berbagi dan nolong temen2nya yg lain.

      Liked by 1 person

      1. Iya, maksudku keluarga. Masya Allah, jadi mbak frida benar-benar belajar dan eksplor sendiri ya tentang wirausaha ini ๐Ÿฅฐ aku tunggu ya cerita lainnya tentang wirausaha ini ๐Ÿ˜

        Omong-omong, kenapa orang rumah nggak ada yang tau? Wkwkwk

        Salut banget saya sama rekan mbak. Nggak semua rekan begitu lho mbak. Ada begitu banyak alasan rekan senior nggak mau berbagi ilmu. Beberapa alasannya, takut kalah pintar atau bisa juga ya malas aja berbagi ilmu ๐Ÿ˜ฅ

        Iyaaa, aku pengin buka usaha. Mungkin langkah pertamanya denger cerita orang dan baca buku dulu kali ya mbak frida โ˜บ

        Liked by 1 person

      2. hehehe iya kak. awalnya gak punya pegangan kuat, cuma modal mau + nekat berbuat aja.

        orang rumah gak ada yg tau kak, soalnya aku bingung aja jelasinnya gimana wkwk. tapi kadang dicurigain juga kalo pas sekere-kerenya aku, tapi masih bisa ngeluarin duid walaupun ga banyak. terus keluarga be like: itu dapet duid dari mana lagi? ๐Ÿ˜…

        iya kak aku juga salut.. biasanya pekerja kan suka kompetisi masalah begituan, tapi alhamdulillah rekanku tidak kak ๐Ÿค—

        insyaAllah segera terwujud kak ๐Ÿ˜‰๐Ÿค—๐Ÿ‘

        Like

Leave a comment